Tidak Harus Jadi Ustadz atau Ulama untuk Masuk Surga Tertinggi
Maaf sedikit berbagi pengalaman kami (dr. Raehanul Bahraen)
Dulu saya sempat ingin banting stir, fokus belajar agama saja, karena memang agama dan dakwah sumber kebahagiaan utama bagi saya. Akan tetapi Islam adalah agama yang Indah, Islam mengajarkan bahwa setiap orang punya jalan jihad masing-masing. Tidak semua harus jadi ustadz dan ulama. Ternyata jalan jihad saya adalah menjadi dokter. Setiap jalan jihad berpotensi mendapatkan surga tertinggi dengan niat yang ikhlas dan ittiba’ (mengikuti) ajaran/sunnah
Semoga anda juga bisa masuk surga tertinggi dengan jalan jihad masing-masing yang sudah dianugrahkan Allah kepada anda. Aamiin
Lihat-lah Bilal tukang Adzan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau ikhlas dan profesional dengan tugas dan pekerjaannya. Beliau bukanlah ulama dan pejabat di kalangan sahabat. Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mempersaksikan beliau adalah penghuni surga, kedudukan beliau bisa jadi lebih tinggi di sisi Allah [1]
Demikian juga Uwais Al-Qarni, seorang tabi’in
Beliau hanyalah seorang pesuruh dan pembantu di kaumnya, tetapi ia sangat berbakti kepada ibunya
dan sangat ikhlas serta amanah dengan pekerjaannya.
Sahabat sekelas Umar bin Khattab jika bertemu dengan Uwais, Umar diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam agar meminta didoakan oleh Uwais Al-Qarni dan ini dilakukan oleh Umar ketika bertemu dengan Uwais Al-Qarni sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam [2]
Saudaraku,
Masing-masing kita sudah punya jalan jihad sendiri- sendiri dalam membela dan memperjuangkan agama (jihad bukan hanya perang saja) sebagaimana hadits berikut
ﻭَﺍﻟْﻤُﺠَﺎﻫِﺪُ ﻣَﻦْ ﺟَﺎﻫَﺪَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻓِﻲ ﻃَﺎﻋَﺔِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ
“Mujahid adalah orang yang berjihad memerangi jiwanya dalam ketaatan kepada Allah dan Muhajir adalah orang yang berhijrah dari larangan Allah.” [3]
Jihad juga bisa dengan harta, jiwa maupun lisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺟَﺎﻫِﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﺑِﺄَﻣْﻮَﺍﻟِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻟْﺴِﻨَﺘِﻜُﻢْ
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” [4]
Demikian semoga bermanfaat
@Kereta Api Yogyakarta – Cilengsi
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Catatan kaki:
[1] Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di pagi hari memanggil Bilal lalu berkata,
ﻳَﺎ ﺑِﻼَﻝُ ﺑِﻢَ ﺳَﺒَﻘْﺘَﻨِﻰ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻣَﺎ ﺩَﺧَﻠْﺖُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺧَﺸْﺨَﺸَﺘَﻚَ ﺃَﻣَﺎﻣِﻰ ﺩَﺧَﻠْﺖُ ﺍﻟْﺒَﺎﺭِﺣَﺔَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻓَﺴَﻤِﻌْﺖُ ﺧَﺸْﺨَﺸَﺘَﻚَ ﺃَﻣَﺎﻣِﻰ
“Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku.”
Bilal menjawab,
ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﺃَﺫَّﻧْﺖُ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻨِﻰ ﺣَﺪَﺙٌ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺗَﻮَﺿَّﺄْﺕُ ﻋِﻨْﺪَﻫَﺎ ﻭَﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﻥَّ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰَّ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ
“ Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu.” (HR. Tirmidzi, hasan )
[2] Umar bin Al-Khatthab ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda
ﺇِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟَﻪُ ﺃُﻭَﻳْﺲٌ ﻭَﻟَﻪُ ﻭَﺍﻟِﺪَﺓٌ
“Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu” (HR. Muslim)
[3] HR. Ahmad 6/21, shahih
[4] HR. Abh Dawud, dishahihkan al-Albani dalam al-Misykah no. 3821
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/tidak-harus-jadi-ustadz-atau-ulama-untuk-masuk-surga-tertinggi.html